Tao Toba Nauli
Jumat, 12 Desember 2008
Berwisata Ke Danau Toba
Salah satu tempat tujuan wisata terkemuka di Indonesia yang mendapat rating ke-3 setelah Bali dan Yogyakarta adalah Danau Toba. Danau Toba merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Indonesia yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba terbentuk karena letusan Gunung Toba Purba yang diperkirakan sebagai letusan terdahsyat selama kurun dua juta tahun.
Letusan itulah yang membuat Amerika Utara mengalami satu tahun tanpa musim panas karena matahari tertutup debunya. Danau Toba merupakan salah satu icon Sumatera Utara. Hal ini barangkali berkaitan dengan nilai jual (keunikan) yang sangat tinggi yang dimiliki oleh Danau Toba, khususnya sebagai objek wisata alam.
Khusus bagi masyarakat Batak (sub etnis Batak; Toba, Karo, Pakpak, Simalungun), Danau Toba memiliki nilai tersendiri. Karena itu, sejarah masyarakat Batak, adalah sejarah Danau Toba dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh karena kehidupan masyarakat Batak, memiliki kedekatan yang dalam dengan ekosistem Danau Toba. Maka, bagi masyarakat Batak, fungsi ekosistem Danau Toba sangat penting. Bukan hanya sekedar objek wisata, tetapi juga sekaligus juga sebagai sumber mata pencaharian (pertanian, peternakan) bahkan juga sebagai sarana transportasi dan pengairan. Jadi dengan demikian, ada semacam relasi yang dalam antara masyarakat dan ekosistem Danau Toba.
Dilihat dari berbagai persfektif, Danau Toba memiliki karakteristik yang berbeda dari ekosistem lainnya. Misalnya dari segi geografis, iklim (klimatologi), geologi, maupun dari segi kultural masyarakat yang tinggal di sektiar Danau Toba. Dengan demikian, perlakuan dalam pengelolaannya pun harus disesuaikan dengan berbagai keberbedaan tersebut. Pada aspek hidrologis, Danau Toba merupakan sebuah kawasan Daerah Tangkapan Air-DTA (Catchment Area) raksasa dan sangat vital bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Jumlah debit air yang masuk dan yang keluar seimbang, menjadikan kondisi air Danau Toba sangat stabil.
Kemudian, dilihat dari segi hutan dan vegetasinya Danau Toba juga memiliki ciri tersendiri. Hal ini terlihat dari hutan di sektar Danau Toba yang sangat luas sebagai daerah Tangkapan Air Danau Toba. Dari sekitar 260.154 Ha, kurang lebih 94.196 Ha terdiri dari hutan primer dan sekunder. Sedangkan sisanya adalah daratan kering, lahan terbuka dan rawa.
Kesejukan alam di sekitar Danau Toba membuat betah para pengunjung lokal maupun luar untuk betah tinggal disana. Dan tak hayal lagi sekarang kita bisa melihat ada beberapa turis yang sudah berdomisili di Parapat hampir 2 tahunan lebih, ini merupakan bukti bahwa Alam Sumatera Utara begitu diminati oleh para Pelancong Dunia. Bahkan penduduk Sumatera Utara pun sering berkunjung ke sana dikala musim liburan tiba, dan menghabiskan masa liburan dengan keluarga dan teman kerabat untuk menikmati alam Danau Toba yang amat sejuk.
Tempat jalan - jalan di danau toba
itu sebenarnya letaknya di pulau samosir....di situ banyak banget penginapan yg keren2 abis
Tomok:
letaknya ada di sebelah tuktuk jadi dari parapat biasanya langsung ke tomok selain obyek wisata pemakaman raja sidabutar dimana katanya disinilah lahirnya nenek moyang orang Batak. nah makamnya raja sidabutar yg pertma dan yg kedua ada di tomok...disini juga ada tempat swouvenir...disini juga ada rumah adat bekas peninggalan raja dan ada patung sigale2...dgn 60.000 anda bisa mengerakn patung tersebut...seru bgt sxan bisa bernari....palagi klo rombongan
Batu gantung:
itu ada di parapat ya tepatnya ada dii tebing klo kita menuju parapat dari pematang siantar...kisahnya c katanya ada putri yg mo bunuh diri gtu n dia di kutuk makanya disebut batu gantung karena tuh batu kaya manusia...namanya jg cerita rakyat who knows kebenarannya...
Ambarita:
yah mang c dari tomok kudu naik kapal lagi atau naik angkot dari tomok...disini adalah tempat pengadilan jaman dulu...jadi selain rumah adat ada batu tempat pemengalan kepala bagi orang2 terhukum berat seperti pemerkosaan dan pembunuhan...penjaranya letaknya dibawah rumah raja...selain itu ada tongkat gw lupa namanya tp tuh tongkat katanya berukiran anak raja dan hewan2 yg masuk kedalam satu pohon yg ada unsur magisnya...
Pengelolaan Danau Toba secara berkelanjutan (Sustainable Development)
Di masa lampau, jika berbicara danau Toba maka kita berbicara keindahan, keajaiban karya Tuhan. Di tambah pula dengan cerita tentang kekayaan budaya Batak di pinggiran Danau Toba. Karena cerita ini, maka tidak lepas dari banyaknya turis manca negara yang hadir mengunjungi danau Toba. Entah kenapa, tiba-tiba saja Danau Toba berubah menjadi cerita pencemaran air. Berita pencemaran air diawali dari tidak disiplinya masyarakat mengelola limbah rumah tangga. Yang lebih konyol adalah cerita tentang hotel yang membuang limbahnya ke Danau Toba. Bagaimana mungkin pengusaha hotel membuang limbah hotel ke danau?. Bukankah pengusaha hotel adalah orang berpendidikan?.
Tidakkah mereka tahu bahwa mereka menjual keindahan?. Jika mereka menjual keindahan, mengapa mereka berpartisipasi mengotori Danau Toba?. Tidakkah seharusnya pengusaha hotel dan restauran menyumbangkan pendapatannya untuk merawat Danau Toba?. Inilah fakta yang sulit diterima akal sehat.
Pencemaran semakin parah ketika masyarakat memulai budidaya ikan di keramba jaring apung (kejagung). Menurut informasi, gagasan ini dibawa seorang anak yang tinggalnya di pinggiran Danau Toba kuliah di perguruan tinggi terkemuka di kota Bandung. Konon, anak ini melihat budidaya Kejagung di Waduk Cirata Jawa Barat. Sebagai mahasiswa, dia ingin masyarakat di daerahnya memperoleh penghasilan yang tinggi sebagaimana dilihatnya di Jawa Barat. Tentu saja, kita menaruh hormat terhadap mahasiswa ini.
Ketika kejagung hanya dimiliki masyarakat lokal, pencemaran tidak begitu terdengar, tetapi ketika masuknya PT. Aquafarm dan pengusaha Kejagung berskala besar, mulailah secara jelas betapa berbahayanya budidaya kejagung jika melebihi daya dukung (carrying capacity) lingkungan. Bahaya kejagung yang mengerikan adalah terjadinya penyuburan (eutrofikasi) danau. Penyuburan terjadi akibat sisa-sisa pakan itu. Sisa-sisa pakan itu berfungsi sebagai pupuk yang menjadi sumber makanan bagi tumbuh-tumbuhan di danau Toba. Penyuburan danau mengakibatkan phytoplankton bertumbuh secara tidak terkendali (blooming). Ketika terjadi blooming plankton, maka ketika plankton mati mengalami proses pembusukan. Proses pembusukan ini membutuhkan oksigen. Karena proses pembusukan plankton membutuhkan oksigen maka terjadi persaingan oksigen antara pembusukan plankton dengan kebutuhan oksigen dengan ikan-ikan di danau. Tidak heran, jika tiba-tiba ikan-ikan banyak yang mati. Jadi, jika ada wawancara Kepala Dinas Perikanan di media yang bukan latar belakang perikanan atau biologi seringkali secara sembarangan menyebutkan penyebab kematian ikan secara mendadak dalam jumlah yang besar.
Dampak kehadiran kejagung yang melebihi daya dukung (carrying capacity) selain menimbulkan blooming adalah membludaknya tumbuhan enceng gondok (Eicornia sp) dan tumbuhan lumut. Menurut pengamatan saya di sekitar Danau Toba, para nelayan mengatakan ketika mereka melempar jala ke danau maka jala itu mengapung diatas lumut. Itulah salah satu bukti pertumbuhan tanaman lumut tidak terkendali lagi di danau Toba. Jika ini tidak diatasi, maka ada kemungkinan kapal yang melewati Danau Toba akan terjebak lumut.
Memang, pertumbuhan lumut ini dapat juga diakibatkan ekosistem Danau Toba yang telah rusak. Kemungkinan rusaknya ekosistem Danau Toba diakibatkan masuknya spesies baru seperti ikan begu-begu (betutu) yang pertama kali di tabur oleh TB Silalahi. Saya yakin, niat TB Silalahi untuk menabur ikan betutu ke danau Toba adalah pertimbangan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar danau Toba. Tetapi, latar belakang beliau seorang militer menyebabkan beliau mengabaikan dampak biologi kehadiran ikan betutu. Faktanya, pasca ditaburnya ikan betutu, ikan mas (Cyprinus carpio), ikan mujahir hampir punah. Permasalahan ini dapat diteliti oleh pakar perikanan atau biologi untuk mencari jalan keluar. Yang pasti, salah satu klausul di Organisasi Danau se-Dunia (World Lakes) menyebutkan tidak diperbolehkan menanam spesies baru ke danau secara sembarangan, kecuali telah diteliti apakah spesies itu mengganggu ekosistem baru atau tidak. Untuk menghindari hal semacam ini, perlu dibuat Peraturan Daerah (Perda) tentang larangan untuk menabur spesies secara sembarangan. Dan, jika masyarakat di sekitar Danau Toba memelihara ikan, tidak diperbolehkan membeli benih ikan di luar wilayah danau. Sebab, rentan sekali membawa penyakit. Seperti benih yang berasal dari Bogor maupun dari Bukit Tinggi ada kemungkinan membawa penyakit herpes dan penyakit yang lain. Solusi untuk menghindari penyakit ini adalah masyarakat memiliki pembenihan di sekitar danau Toba.
Solusi Yang Terbaik Bagi Danau Toba.
Melihat kondisi Danau Toba yang semakin memprihatinkan, maka pemerintah Provinsi Sumatera Utara harus mengambil pilihan yaitu mencabut izin kejagung berskala besar seperti PT. Aquafarm, PT. Allegrindo sebagai usaha peternakan babi yang membuang limbahnya ke danau Toba. Masyarakat yang mengelola kejagung dibatasi jumlahnya dan ditata berdarkan zona. Dengan kata lain peternakan kejagung oleh masyarakat harus diawasi secara ketat. Terkait karena Danau Toba dikeliling oleh 7 Kabupaten, maka para bupati harus tunduk kepada Peraturan Daerah yang menyangkut ekosistem danau Toba. Jika ego para bupati berdasarkan kepentingan ekonomi sesaat, maka Danau Toba tinggal kenangan. Mana yang kita pilih?. Kepentingan ekonomi sesaat atau masa depan Danau Toba?.
Pendapat Bungaran Saragih di majalah Tapian edisi April 2008 patut disimak. Bungaran Saragih menyatakan bahwa usaha pertanian sebenarnya tidak cocok dilakukan di sekitar Danau Toba. Bungaran Saragih yang mantan menteri pertanian itu menyatakan bahwa selain tanahnya terjal juga tidak subur. Lalu apa yang kita lakukan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar Danau Toba yang turisnya makin langka?.
Dalam konteks pemanasan global (global warming), maka gagasan Yayasan Perhimpunan Pecinta Danau Toba (YPPDT) yang digagas oleh Profesor Midian Sirait dkk untuk menjadikan Danau Toba sebagai Taman Nasional menjadi relevan. Tetapi pengelolaan Taman Nasional yang mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Jika kawasan Danau Toba menjadi Taman Nasional maka masyarakat Danau Toba yang mengelola Taman itu dengan sistem kompensasi. Sistem kompensasi itu telah disepakati masyarakat dunia di Bali bulan Desember 2007. Masyarakat pinggiran Danau Toba menjaga kawasan Danau Toba dengan cara konservasi secara terus-menerus dan masyarakat dunia yang memberi kompensasi. Sistem kompensasi ini disebut perdagangan Carbon (Carbon Trade). Menurut informasi, dana ini ada di Bank Indonesia. Dana itu berasal dari pemerintah Inggeris dan Negara-negara maju di dunia. Tujuan dana itu adalah untuk menyelamtakan bumi dari pemanasan global. Caranya adalah Negara-negara maju memajukan industrinya, sementara Negara tropis seperti Indonesia menjaga hutannya.
Jikalau kawasan danau Toba menjadi Taman Nasional, maka hal-hal yang dilakukan masyarakat pinggiran danau Toba adalah menanam tanaman keras. Mereka tidak boleh lagi menanam tanaman berumur pendek untuk menghindari longsor dan lain sebagainya. Mereka dapat memelihara tanaman keras dengan sistem kompensasi. Mereka juga dapat beternak seperti kambing, sapi, kerbau yang tidak mengganggu kelestarian Danau Toba.
Para pengusaha hotel dan restoran juga wajib memberi kompensasi untuk melestarikan Danau Toba. Tidak hanya itu, semua usaha yang memperoleh penghasilan danau Toba bertanggungjawab untuk melestarikan danau Toba. Untuk melestarikan danau Toba, kita harus memiliki pilihan. Pilihan dengan mengembangkan kejagung dan disisi lain mati-matian untuk mendatangkan pariwisata adalah pilihan yang salah. Oleh sebab itu, mengelola Danau Toba haruslah berkelanjutan (sustainable).
Danau Toba sustainable seperti dijadikan Taman Nasional yang mengakibatkan kedatangan turis, menyumbangkan carbon untuk menyelamtakan bumi, dan akibat konkrit dari taman nasional adalah ekonomi masyarakat meningkat. Peningkatan ekonomi itu berasal dari kompensasi sumbangan carbon dari pohon, peternakan, kehadiran turis, hasil tangkapan ikan dan lain sebagainya.
Jikalau kondisi sekarang terus berlanjut, dan tidak ada pilihan yang radikal, maka Danau Toba hanya menjadi kenangan seperti kasus-kasus danau di Afrika.
Danau Toba Masuk dalam Nominasi 7 Keajaiban Dunia
Pemilihan 7 Keajaiban Dunia ini dapat diakses melalui situs www.new7wonders.com. para pemilih bebas memilih keajaiban dunia yang diinginkannya. Jadi bagi kita, orang Batak, yang menginginkan keindahan Danau Toba - dengan Pulau Samosir dan Pulau Sibandangnya - menjadi daerah pariwisata yang terkenal di seluruh Dunia, maka kita harus mendukung dan memilih Danau Toba.
Ayo dukung Danau Toba!
Pesta Danau Toba Diundur, Demi Kehadiran Presiden SBY
PESTA Danau Toba yang sedianya digelar 13-16 Juni terpaksa diundur sampai satu bulan, menjadi 14-16 Juli, demi kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pihak penyelenggara meyakini, kehadiran presiden merupakan kunci sukses pesta yang vakum selama 11 tahun itu.
Menurut Ketua Pelaksana Pesta Danau Toba Sujono Manurung, pengunduran ini demi menghormati kesediaan Presiden membuka event tersebut. Presiden juga dijadwalkan melakukan kunjungan kerja di Sumatera Utara.
“Tanggal 14 Juli pagi, Presiden akan menghadiri acara panen raya di Simalungun. Sore harinya Presiden membuka Pesta Danau Toba dan menginap semalam di Parapat, kemudian esoknya berangkat ke Mandailing Natal,” ujar Sujono di Medan, Selasa (3/6).
Sujono mengungkapkan, panitia tak terlalu khawatir meski Pesta Danau Toba bakal berlangsung sesuai musim liburan sekolah. Menurut dia, Pesta Danau Toba tidak dimaksudkan untuk secara insatan menghidupkan industri pariwisata di Danau Toba dan sekitarnya.
“Kegiatan ini tidak akan menjawab persoalan mengapa sekarang orang tidak lagi datang ke Danau Toba. Tetapi paling tidak, dengan kegiatan ini, kami berharap Danau Toba kembali lagi ada gaungnya,” katanya merendah.
Kepala Badan Pariwisata Daerah Sumut Henry Hutabarat mengakui, ada keinginan besar menghadirkan Presiden saat pembukaan Pesta Danau Toba. Selain gaungnya jadi lebih besar, praktisi pariwisata di Sumut juga bisa langsung mengemukakan kepada presiden persoalan pariwisata di daerah itu.
“Kami bisa keluarkan semua unek-unek pengembangan pariwisata di Sumut, seperti pengembangan infrastruktur menuju Danau Toba, hingga tak adanya lagi penerbangan langsung dari Eropa ke Medan,” katanya
Lomba Balap sepeda Tour de Toba
MESKI opening ceremony diundur, lomba sepeda internasional Tour de Toba tetap digelar sesuai jadwal semula, 13-16 Juni. Lomba akan diikuti pembalap dari luar negeri yakni Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam dan Australia.
Start dilakukan di Medan, selanjutnya akan menempuh empat etape. Etape pertama Medan-Berastagi, etape kedua Berastagi-Pematang Siantar, etape ketiga Pematang Siantar-Parapat dan etape terakhir mengelilingi Pulau Samosir.
Balap sepeda Tour de Toba digagas panitia untuk merefleksikan keindahan panorama Danau Toba.Sabtu, 06 Desember 2008
Pesona Danau Terbesar di Indonesia Danau Toba
Toba Lake, North Sumatera. Photo : H. Haerumen Js |
Danau Toba berukuran sekitar 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter. Terletak 906 meter di atas permukaan laut, tempat ini merupakan surga bagi banyak tumbuhan menarik. Beberapa orang yang menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam di wilayah ini berkata bahwa Danau Toba membuat mereka melupakan semua masalah mereka walaupun untuk sementara.
Dengan menggunakan mobil sewaan dari kota Medan, Anda dapat mencapai Parapat dalam waktu kurang lebih 4 jam. Parapat terletak sekitar 185 kilometer jauhnya dari ibu kota Sumatra Utara. Anda juga dapat menggunakan bus atau mengikuti tur untuk mengunjungi danau ini.
Tidak sulit menemukan hotel untuk menginap jika berkunjung ke Parapat. Pengunjung dapat menginap di Hotel Niagara, Parapat View Hotel, Hotel Wisata Bahari, Hotel Sapadia Conteque, Asari Hotel. Untuk kamar kelas standar, harga kamar berkisar Rp 350.000-Rp 400.000 semalam, dan kelas suites lebih dari Rp 1 juta. Jika dirasa terlalu mahal, banyak juga hotel kecil di seputar Danau Toba yang tarifnya terjangkau, berkisar Rp 100.000 - Rp 200.000 per malam.
Anda dapat berperahu atau menaiki kapal - kapal tradisional khas daerah tersebut untuk mencapai Pulau Samosir.
Banyak restoran yang didirikan di daerah ini. Anda juga dapat mencicipi makanan setempat di hotel atau penginapan.
Toba Lake, North Sumatera. |
Suvenir seperti T Shirt, topi, gantungan kunci, dan sebagainya dapat Anda beli di Medan, Parapat, ataupun di Pulau Samosir. Di Tuk Tuk Anda dapat membeli kerajinan khas suku Batak yang unik misalnya ulos, ukiran khas, kalender Batak, alat musik tradisional, dan lain sebagainya.
Anda dapat berenang di danau, atau menaiki perahu mengelilingi danau. Anda juga dapat mengunjungi Pulau Samosir untuk melihat rumah adat raja-raja Batak zaman dahulu juga para kuburan raja di wilayah Tomok. Lapangan golf juga tersedia bagi yang menggemari olahraga yang satu ini.
- Bawalah jaket dan topi. Tempat ini mungkin cukup dingin bagi beberapa orang.
- Bawalah baju renang dan perlengkapan olahraga Anda.